JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah memacu langkah untuk membawa ibu kota negara masuk ke dalam jajaran 50 besar kota global dunia. Ambisi ini menjadi bagian dari strategi besar kota untuk meningkatkan daya saing internasional, seiring dengan tekad mempertahankan warisan budaya Betawi sebagai identitas lokal yang tak tergantikan.
Hingga saat ini, menurut laporan Global Power City Index (GPCI) 2024, posisi Jakarta berada di peringkat ke-45 dari 48 kota besar dunia. Posisi tersebut masih tertinggal dari kota-kota Asia Tenggara lainnya, seperti Kuala Lumpur di posisi 41, Bangkok di posisi 40, dan Singapura yang menempati peringkat ke-5.
GPCI adalah laporan tahunan yang disusun oleh Mori Memorial Foundation dan mengevaluasi tingkat “kemagnetan” sebuah kota dari berbagai aspek, termasuk ekonomi, riset dan pengembangan, interaksi budaya, kualitas hidup, lingkungan, serta aksesibilitas.
Strategi Menembus 50 Besar
Melihat posisi Jakarta yang belum ideal, Pemprov DKI menyusun berbagai strategi konkret yang akan dijalankan dalam beberapa tahun ke depan. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, Atika Nir Rahmania, menyebutkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur digital menjadi dua prioritas utama dalam penguatan daya saing Jakarta.
“Kami sudah melakukan studi secara komprehensif. Fokus utama adalah kualitas sumber daya manusia, pendidikan, serta memperkuat hubungan internasional dan digitalisasi infrastruktur,” ujar Atika.
Menurutnya, rendahnya peringkat Jakarta dalam indeks tersebut banyak dipengaruhi oleh lemahnya kinerja pada dimensi pertukaran informasi dan keterbatasan aksesibilitas global. Hal ini termasuk kurangnya transportasi internasional yang efisien serta infrastruktur digital yang belum merata di seluruh wilayah Jakarta.
Langkah-Langkah Konkret Pemprov DKI
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Pemprov DKI telah merancang sejumlah program yang melibatkan banyak pihak, dari kalangan akademisi, komunitas kreatif, hingga sektor swasta. Beberapa langkah yang akan dilakukan meliputi:
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Jakarta akan mendorong peningkatan skor PISA (Programme for International Student Assessment) melalui penyempurnaan kurikulum dan peningkatan kapasitas guru serta sekolah berbasis kompetensi global.
Menarik Institusi Global
Jakarta membuka peluang bagi lembaga internasional, pusat inovasi, dan organisasi think tank untuk menjadikan kota ini sebagai salah satu basis operasional mereka.
Penguatan Talenta Global
Lingkungan kerja inklusif akan dibangun guna menarik tenaga profesional dari luar negeri dan diaspora Indonesia untuk tinggal serta berkarya di Jakarta.
Digitalisasi dan Smart City
Perluasan jaringan internet berkecepatan tinggi dan penerapan layanan publik digital berbasis aplikasi akan menjadi prioritas pembangunan infrastruktur modern Jakarta.
Revitalisasi Budaya dan Ekonomi Kreatif
Pemprov juga menyiapkan Jakarta sebagai pusat budaya dan kreativitas dengan mempersiapkan perayaan 500 tahun Jakarta pada 2027 sebagai puncak promosi budaya Betawi dan kota kreatif secara global.
“Potensi budaya Betawi adalah magnet kuat internasional. Kami ingin memadukan kemajuan modern dengan warisan lokal,” ujar Atika.
Budaya Betawi Tetap Jadi Identitas Utama
Peningkatan daya saing global Jakarta dilakukan tanpa mengorbankan nilai-nilai lokal. Pemprov DKI menegaskan bahwa budaya Betawi akan tetap menjadi fondasi identitas kota. Upaya pelestarian budaya ini diwujudkan dalam program tahunan seperti Bulan Budaya Betawi yang akan ditingkatkan menjadi acara nasional.
Jakarta juga akan memanfaatkan teknologi seperti augmented reality (AR) untuk menghadirkan kisah sejarah dan budaya Betawi dalam bentuk interaktif dan modern, menjangkau generasi muda dan wisatawan mancanegara.
Optimalisasi Aset Melalui Skema Asset Recycling
Untuk mendukung pendanaan berbagai proyek strategis tersebut, Pemprov DKI menginisiasi skema asset recycling. Kepala Jakarta Asset Management Center (JAMC), Ifan M. Firmansyah, mengatakan bahwa sejumlah aset milik Pemprov seperti terminal, gedung tua, dan gelanggang olahraga akan dialihkan fungsinya menjadi pusat kegiatan ekonomi kreatif.
Beberapa proyek konkret yang direncanakan antara lain:
Terminal Kampung Rambutan akan diubah menjadi pusat konferensi internasional.
GOR Bulungan akan diperluas dan ditingkatkan menjadi pusat olahraga alternatif.
Gedung eks Disparekraf akan disulap menjadi smart office dan apartemen bagi pelaku ekonomi kreatif.
“Asset recycling ini memperkuat kelayakan sosial, aksesibilitas, serta daya tarik ekonomi Jakarta,” kata Ifan.
Pondasi Ekonomi Kuat untuk Lompatan Global
Sebagai ibu kota negara dan pusat perekonomian nasional, Jakarta menyumbang sekitar 17 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada tahun 2021, Jakarta mencatat Gross Regional Product (GRP) per kapita sekitar Rp274 juta. Kota ini juga dikenal sebagai salah satu pusat keuangan paling penting di kawasan Asia Tenggara.
Namun demikian, secara global, Jakarta masih kalah saing dari beberapa kota besar di Asia, terutama dari sisi investasi internasional, pengembangan startup, dan daya tarik digital.
Belajar dari Negara Tetangga dan Kota Global Lain
Pemprov DKI Jakarta mempelajari pola pembangunan kota-kota besar di dunia, termasuk Shanghai dan Shenzhen di Tiongkok, yang mampu meroket ke posisi atas dalam daftar GPCI berkat investasi masif pada sumber daya manusia dan teknologi informasi.
Dalam kerangka waktu 2025 hingga 2028, Jakarta menargetkan peningkatan posisi menjadi minimal di peringkat ke-30 dalam GPCI. Pemerintah optimistis bahwa dengan kolaborasi dan pengelolaan program yang efektif, target tersebut dapat tercapai.
Harapan Menuju Tahun 2027–2029
Target jangka menengah Pemprov DKI adalah menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota global tangguh dalam daftar kota paling resilien menurut Savills Resilient Cities Index pada 2028. Hal ini didorong oleh upaya peningkatan kualitas hidup, inklusi sosial, serta adaptasi terhadap perubahan iklim dan teknologi.
Ambisi Jakarta untuk masuk ke jajaran 50 besar kota global bukanlah semata mimpi kosong. Dengan fondasi ekonomi yang kuat, identitas budaya yang dijaga, serta komitmen pada transformasi digital dan pendidikan, ibu kota Indonesia memiliki semua elemen penting untuk menjadi kota global yang tangguh, modern, dan tetap berakar pada nilai-nilai lokal.
“Jakarta tidak akan pernah melupakan identitasnya. Dalam perjalanan menuju kota dunia, budaya Betawi akan tetap berdiri di garis depan sebagai wajah asli kota ini,” tegas Atika Nir Rahmania.